Refleksi Panggilan Kediri: Menelisik Nilai-Nilai Kehidupan Melalui Ritus Adat


Refleksi Panggilan Kediri: Menelisik Nilai-Nilai Kehidupan Melalui Ritus Adat




Kediri, sebuah kota di Jawa Timur, menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai, termasuk di antaranya adalah beragam upacara adat. Salah satu upacara adat yang paling terkenal dan masih lestari hingga saat ini adalah upacara panggilan Kediri. Upacara ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Upacara panggilan Kediri juga memiliki makna filosofis yang dalam. Melalui upacara ini, masyarakat Kediri diingatkan kembali tentang nilai-nilai kehidupan yang luhur, seperti gotong royong, saling menghormati, dan peduli terhadap lingkungan. Upacara ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar warga.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang upacara panggilan Kediri, mulai dari sejarah, makna filosofis, hingga tata cara pelaksanaannya. Kita juga akan melihat bagaimana upacara ini masih lestari hingga saat ini dan terus menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Kediri.

refleksi panggilan Kediri

Upacara adat di Kediri, Jawa Timur, sarat makna.

  • Ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan.
  • Makna filosofis yang dalam.
  • Mengingatkan nilai-nilai kehidupan luhur.
  • Gotong royong, saling menghormati, peduli lingkungan.
  • Meramaikan tali silaturahmi.
  • Sejarah panjang dan masih lestari.
  • Bagian penting kehidupan masyarakat.
  • Tata cara pelaksanaan yang unik.
  • Prosesii adat yang sakral.
  • Atraksi budaya yang memukau.
  • Menarik wisatawan lokal dan mancanegara.
  • Mendorong perekonomian daerah.
  • Memperkenalkan budaya Kediri ke dunia.
  • Menjaga warisan budaya leluhur.
  • Mendidik generasi muda tentang adat istiadat.
  • Menumbuhkan rasa cinta tanah air.
  • Mewujudkan masyarakat yang harmonis.
  • Menjadi contoh bagi daerah lain.

Refleksi panggilan Kediri adalah upacara adat yang kaya akan makna dan nilai-nilai luhur. Upacara ini tidak hanya menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Kediri, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan.

Upacara panggilan Kediri merupakan wujud syukur masyarakat Kediri kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Masyarakat Kediri percaya bahwa dengan menggelar upacara ini, mereka akan mendapatkan keselamatan dan keberkahan.

  • Mensyukuri hasil panen.

    Upacara panggilan Kediri biasanya digelar setelah panen raya. Melalui upacara ini, masyarakat Kediri mengungkapkan rasa syukur mereka atas hasil panen yang melimpah. Mereka juga berdoa agar pada musim tanam berikutnya, mereka kembali mendapatkan hasil panen yang baik.

  • Menolak bala.

    Selain sebagai ungkapan rasa syukur, upacara panggilan Kediri juga bertujuan untuk menolak bala atau bencana. Masyarakat Kediri percaya bahwa dengan menggelar upacara ini, mereka akan terhindar dari segala marabahaya, seperti penyakit, kecelakaan, dan musibah alam.

  • Memohon keselamatan dan kesejahteraan.

    Dalam upacara panggilan Kediri, masyarakat Kediri juga memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan keselamatan dan kesejahteraan. Mereka berdoa agar terhindar dari segala macam penyakit, kecelakaan, dan musibah. Mereka juga berdoa agar diberikan kesehatan, panjang umur, dan rezeki yang berlimpah.

  • Memohon hujan.

    Pada musim kemarau, masyarakat Kediri juga menggelar upacara panggilan Kediri untuk memohon hujan. Mereka percaya bahwa dengan menggelar upacara ini, hujan akan segera turun dan mengairi sawah-sawah mereka.

Upacara panggilan Kediri merupakan bentuk nyata dari rasa syukur dan doa masyarakat Kediri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melalui upacara ini, mereka berharap mendapatkan keselamatan, keberkahan, dan kesejahteraan.

Makna filosofis yang dalam.

Upacara panggilan Kediri tidak hanya sekadar ritual adat, tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam. Makna-makna tersebut antara lain:

  • Menghormati alam.

    Upacara panggilan Kediri mengajarkan masyarakat untuk menghormati alam. Hal ini terlihat dari penggunaan berbagai hasil bumi dalam upacara, seperti padi, jagung, dan kelapa. Penggunaan hasil bumi ini melambangkan rasa syukur masyarakat Kediri kepada alam yang telah memberikan mereka kehidupan.

  • Gotong royong.

    Upacara panggilan Kediri juga mengajarkan masyarakat tentang pentingnya gotong royong. Upacara ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari petani, pedagang, hingga pejabat pemerintah. Gotong royong ini menunjukkan bahwa masyarakat Kediri bahu-membahu dalam menjaga dan melestarikan budaya mereka.

  • Saling menghormati.

    Upacara panggilan Kediri juga mengajarkan masyarakat tentang pentingnya saling menghormati. Hal ini terlihat dari adanya berbagai ritual yang menghormati para leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa. Ritual-ritual ini menunjukkan bahwa masyarakat Kediri menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan saling menghormati.

  • Menjaga tradisi.

    Upacara panggilan Kediri juga mengajarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga tradisi. Upacara ini merupakan tradisi turun-temurun yang telah diwariskan dari nenek moyang masyarakat Kediri. Dengan menggelar upacara ini, masyarakat Kediri menunjukkan bahwa mereka menghargai dan melestarikan warisan budaya mereka.

Makna-makna filosofis yang terkandung dalam upacara panggilan Kediri menunjukkan bahwa upacara ini tidak hanya sekadar ritual adat, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Kediri. Upacara ini mengajarkan masyarakat tentang nilai-nilai luhur, seperti menghormati alam, gotong royong, saling menghormati, dan menjaga tradisi.

Mengingatkan nilai-nilai kehidupan luhur.

Upacara panggilan Kediri juga berfungsi untuk mengingatkan masyarakat tentang nilai-nilai kehidupan luhur. Nilai-nilai tersebut antara lain:

  • Gotong royong.

    Upacara panggilan Kediri melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari petani, pedagang, hingga pejabat pemerintah. Gotong royong ini mengajarkan masyarakat tentang pentingnya bekerja sama dan saling membantu dalam kehidupan sehari-hari.

  • Saling menghormati.

    Upacara panggilan Kediri juga mengajarkan masyarakat tentang pentingnya saling menghormati. Hal ini terlihat dari adanya berbagai ritual yang menghormati para leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa. Ritual-ritual ini menunjukkan bahwa masyarakat Kediri menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan saling menghormati.

  • Rasa syukur.

    Upacara panggilan Kediri juga mengajarkan masyarakat tentang pentingnya rasa syukur. Upacara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Kediri kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Rasa syukur ini mengajarkan masyarakat untuk selalu menghargai apa yang mereka miliki dan tidak pernah sombong.

  • Menjaga lingkungan.

    Upacara panggilan Kediri juga mengajarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini terlihat dari penggunaan berbagai hasil bumi dalam upacara, seperti padi, jagung, dan kelapa. Penggunaan hasil bumi ini melambangkan rasa syukur masyarakat Kediri kepada alam yang telah memberikan mereka kehidupan. Upacara ini juga mengajarkan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tidak merusak alam.

Nilai-nilai kehidupan luhur yang diajarkan dalam upacara panggilan Kediri sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut dapat membantu masyarakat untuk hidup lebih harmonis dan sejahtera.

Gotong royong, saling menghormati, peduli lingkungan.

Gotong royong, saling menghormati, dan peduli lingkungan merupakan nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam upacara panggilan Kediri. Nilai-nilai tersebut sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun negara.

Gotong royong mengajarkan masyarakat untuk bekerja sama dan saling membantu dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam upacara panggilan Kediri, gotong royong terlihat jelas dalam proses persiapan dan pelaksanaan upacara. Seluruh lapisan masyarakat bahu-membahu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, mulai dari menyiapkan tempat upacara, menyiapkan sesaji, hingga menyiapkan pertunjukan seni. Gotong royong juga terlihat dalam proses pelaksanaan upacara, di mana seluruh peserta upacara mengikuti rangkaian upacara dengan tertib dan saling menghormati.

Saling menghormati mengajarkan masyarakat untuk menghargai dan menghormati orang lain, meskipun berbeda suku, agama, ras, atau golongan. Dalam upacara panggilan Kediri, saling menghormati terlihat jelas dalam sikap peserta upacara yang saling menghargai dan menghormati pemimpin upacara, pemuka agama, dan sesama peserta upacara. Saling menghormati juga terlihat dalam penggunaan bahasa yang santun dan sopan selama upacara berlangsung.

Peduli lingkungan mengajarkan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Dalam upacara panggilan Kediri, peduli lingkungan terlihat jelas dalam penggunaan berbagai hasil bumi sebagai sesaji. Penggunaan hasil bumi ini melambangkan rasa syukur masyarakat Kediri kepada alam yang telah memberikan mereka kehidupan. Peduli lingkungan juga terlihat dalam proses pelaksanaan upacara yang tidak merusak lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak tanaman.

Nilai-nilai luhur gotong royong, saling menghormati, dan peduli lingkungan yang diajarkan dalam upacara panggilan Kediri sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut dapat membantu masyarakat untuk hidup lebih harmonis, sejahtera, dan berkelanjutan.

Meramaikan tali silaturahmi

Upacara adat juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar warga masyarakat.

  • Menjalin hubungan baik antar warga
  • Mempererat hubungan kekeluargaan
  • Menciptakan suasana yang harmonis
  • Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan

Upacara adat menjadi kesempatan bagi warga masyarakat untuk berkumpul dan saling bertemu sapa.

Hal ini tentu saja dapat mempererat tali silaturahmi dan menciptakan suasana yang harmonis antar warga.

Ketika tali silaturahmi terjalin dengan baik antar warga dalam suatu masyarakat maka hal tersebut juga tentunya akan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan.

Pada akhirnya hal tersebutlah yang akan menjadi modal utama dalam membangun kemajuan bersama di suatu daerah.

Sejarah panjang dan masih lestari.

Upacara panggilan Kediri memiliki sejarah yang panjang dan masih lestari hingga saat ini. Upacara ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Kediri pada abad ke-11. Pada saat itu, upacara panggilan Kediri digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Kediri kepada para dewa dan dewi atas hasil panen yang melimpah.

Seiring berjalannya waktu, upacara panggilan Kediri mengalami perubahan dan penyesuaian. Namun, esensi dari upacara ini tetap sama, yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Pada zaman penjajahan Belanda, upacara panggilan Kediri sempat dilarang. Namun, masyarakat Kediri tetap melestarikan upacara ini secara sembunyi-sembunyi. Setelah Indonesia merdeka, upacara panggilan Kediri kembali digelar secara terbuka dan resmi.

Hingga saat ini, upacara panggilan Kediri masih lestari dan digelar setiap tahun. Upacara ini biasanya digelar pada bulan Syawal, setelah Hari Raya Idul Fitri. Upacara panggilan Kediri menjadi salah satu daya tarik wisata di Kediri dan menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kelestarian upacara panggilan Kediri menunjukkan bahwa upacara ini memiliki nilai-nilai luhur yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat Kediri saat ini. Upacara ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Kediri masih menjunjung tinggi tradisi dan budaya leluhur mereka.

Bagian penting kehidupan masyarakat.

Upacara panggilan Kediri bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Kediri. Upacara ini memiliki fungsi sosial dan budaya yang penting, antara lain:

  • Sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Upacara panggilan Kediri digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Kediri atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Masyarakat Kediri percaya bahwa dengan menggelar upacara ini, mereka akan mendapatkan keselamatan dan keberkahan.

  • Sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar warga.

    Upacara panggilan Kediri menjadi ajang bagi warga masyarakat untuk berkumpul dan saling bertemu sapa. Hal ini tentu saja dapat mempererat tali silaturahmi dan menciptakan suasana yang harmonis antar warga.

  • Sebagai sarana untuk melestarikan budaya daerah.

    Upacara panggilan Kediri merupakan salah satu budaya daerah Kediri yang masih lestari hingga saat ini. Dengan menggelar upacara ini, masyarakat Kediri ikut serta melestarikan budaya daerah mereka.

  • Sebagai sarana untuk menarik wisatawan.

    Upacara panggilan Kediri menjadi salah satu daya tarik wisata di Kediri. Wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk menyaksikan upacara ini karena keunikan dan kekhasannya.

Upacara panggilan Kediri memiliki nilai-nilai luhur yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat Kediri saat ini. Upacara ini juga menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Kediri, baik dari segi sosial, budaya, maupun ekonomi.

Tata cara pelaksanaan yang unik.

Upacara panggilan Kediri memiliki tata cara pelaksanaan yang unik dan khas. Upacara ini biasanya diawali dengan arak-arakan gunungan hasil bumi dari rumah kepala desa menuju ke lokasi upacara. Gunungan hasil bumi ini kemudian diarak keliling desa sebagai simbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah.

Setelah gunungan hasil bumi sampai di lokasi upacara, maka upacara akan dimulai. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat yang disebut sesepuh desa. Sesepuh desa akan memimpin doa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah doa selesai, maka gunungan hasil bumi akan dibagikan kepada seluruh peserta upacara.

Selain pembagian gunungan hasil bumi, upacara panggilan Kediri juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya, seperti tari-tarian, musik tradisional, dan pertunjukan wayang kulit. Atraksi budaya ini bertujuan untuk menghibur para peserta upacara dan wisatawan yang hadir.

Upacara panggilan Kediri biasanya berlangsung selama satu hari penuh. Upacara ini dimulai pada pagi hari dan berakhir pada sore hari. Selama upacara berlangsung, seluruh peserta upacara diwajibkan untuk mengenakan pakaian adat Jawa. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa.

Prosesii adat yang sakral.

Upacara panggilan Kediri memiliki prosesi adat yang sakral dan penuh dengan makna. Prosesi adat ini diawali dengan pengambilan air suci dari tujuh sumber mata air. Air suci tersebut kemudian dibawa ke lokasi upacara dan digunakan untuk menyucikan tempat upacara dan para peserta upacara.

Setelah prosesi penyucian selesai, maka upacara dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa dan mantra-mantra oleh sesepuh desa. Doa-doa dan mantra-mantra tersebut berisi permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan.

Setelah pembacaan doa-doa dan mantra-mantra selesai, maka dilanjutkan dengan prosesi pemotongan hewan kurban. Hewan kurban yang biasanya digunakan adalah sapi atau kambing. Pemotongan hewan kurban dilakukan sebagai simbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Setelah prosesi pemotongan hewan kurban selesai, maka dilanjutkan dengan prosesi pembagian daging kurban. Daging kurban tersebut dibagikan kepada seluruh peserta upacara dan warga desa. Pembagian daging kurban ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Atraksi budaya yang memukau.

Upacara panggilan Kediri juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi budaya yang memukau. Atraksi budaya tersebut antara lain:

  • Tari-tarian tradisional.

    Tari-tarian tradisional yang ditampilkan dalam upacara panggilan Kediri antara lain tari Reog Ponorogo, tari Jaran Kepang, dan tari Kuda Lumping. Tari-tarian ini dibawakan oleh para penari profesional yang berasal dari desa setempat.

  • Musik tradisional.

    Musik tradisional yang dimainkan dalam upacara panggilan Kediri antara lain gamelan, gendang, dan angklung. Musik tradisional ini dimainkan oleh para musisi profesional yang berasal dari desa setempat.

  • Pertunjukan wayang kulit.

    Pertunjukan wayang kulit yang digelar dalam upacara panggilan Kediri biasanya menceritakan tentang kisah-kisah para dewa dan pahlawan Jawa. Pertunjukan wayang kulit ini dibawakan oleh seorang dalang profesional yang berasal dari desa setempat.

  • Kesenian bela diri tradisional.

    Kesenian bela diri tradisional yang ditampilkan dalam upacara panggilan Kediri antara lain pencak silat dan kuntao. Kesenian bela diri tradisional ini dibawakan oleh para pesilat profesional yang berasal dari desa setempat.

Atraksi budaya yang ditampilkan dalam upacara panggilan Kediri sangat memukau dan menghibur para peserta upacara dan wisatawan yang hadir. Atraksi budaya ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kediri.

Menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

Upacara panggilan Kediri menjadi salah satu daya tarik wisata di Kediri yang menarik wisatawan lokal dan mancanegara. Wisatawan lokal tertarik untuk menyaksikan upacara ini karena keunikan dan kekhasannya. Sedangkan wisatawan mancanegara tertarik untuk menyaksikan upacara ini karena ingin melihat secara langsung upacara adat yang masih lestari di Indonesia.

Selain upacara panggilan Kediri, wisatawan juga dapat mengunjungi berbagai objek wisata lainnya di Kediri, seperti Candi Penataran, Gunung Kelud, dan Air Terjun Kakek Bodo. Kediri juga memiliki berbagai kuliner khas yang wajib dicoba oleh wisatawan, seperti sate kambing, nasi pecel, dan tahu takwa.

Pemerintah Kota Kediri terus berupaya untuk mempromosikan upacara panggilan Kediri dan objek wisata lainnya di Kediri. Pemerintah Kota Kediri juga memberikan dukungan penuh kepada masyarakat setempat untuk melestarikan upacara panggilan Kediri dan budaya daerah lainnya.

Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat, upacara panggilan Kediri dan objek wisata lainnya di Kediri diharapkan dapat terus menarik wisatawan lokal dan mancanegara. Hal ini tentu saja akan berdampak positif bagi perekonomian daerah Kediri.

Pesan sekarang :


Share the Post: