Refleksi 24 Jam Semarang: Melihat Dinamika Kota Lumpia Sepanjang Hari


Refleksi 24 Jam Semarang: Melihat Dinamika Kota Lumpia Sepanjang Hari




Semarang, ibu kota Jawa Tengah, merupakan salah satu kota terbesar dan tersibuk di Indonesia. Kota ini memiliki sejarah panjang dan kaya, dengan berbagai budaya dan tradisi yang beragam, Semarang juga dikenal sebagai kota lumpia, dan terkenal dengan kulinernya yang lezat dan unik.

Refleksi 24 Jam Semarang: Melihat Dinamika Kota Lumpia Sepanjang Hari adalah sebuah artikel yang akan mengajak Anda untuk menjelajahi Semarang dari pagi hingga malam hari. Kita akan melihat bagaimana kota ini berubah dan bertransformasi seiring berjalannya waktu, dan menemukan berbagai sisi menarik yang mungkin belum pernah Anda ketahui sebelumnya.

Nah, untuk lebih jelasnya, mari kita mulai perjalanan eksplorasi Kota Lumpia ini dari pagi hari:

refleksi 24 jam Semarang

Semarang, kota yang tidak pernah tidur, menyuguhkan pesona berbeda di setiap waktu.

  • Pagi hari: Pasar tradisional, sarapan lumpia
  • Siang hari: Klenteng Sam Poo Kong, Lawang Sewu
  • Sore hari: Pantai Marina, sunset
  • Malam hari: Simpang Lima, kuliner malam
  • Kota tua: Gedung Lawang Sewu, Gereja Blenduk
  • Wisata religi: Masjid Agung Jawa Tengah, Klenteng Tay Kak Sie
  • Kuliner: Lumpia, soto, tahu gimbal
  • Oleh-oleh: Lumpia, bandeng presto, wingko babat
  • Transportasi: Trans Semarang, becak, taksi
  • Penginapan: Hotel, guest house, homestay
  • Hiburan: Taman Hiburan Rakyat, kebun binatang, museum
  • Pusat perbelanjaan: Paragon Mall, DP Mall, Semarang Town Square
  • Event: Semarang Night Carnival, Semawis
  • Kuliner malam: Nasi krawu, gudeg, wedang ronde
  • Transportasi malam: Ojek online, taksi malam
  • Keamanan: Patroli polisi, CCTV
  • Pariwisata: Dinas Pariwisata Kota Semarang

Semarang, kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan kuliner, siap menyambut Anda dengan segala keindahannya.

Pagi hari: Pasar tradisional, sarapan lumpia

Semarang pagi hari terasa begitu hidup dan semarak. Pasar tradisional yang tersebar di berbagai sudut kota mulai buka dan menawarkan berbagai macam barang dagangan, mulai dari sayuran segar, buah-buahan, hingga jajanan pasar yang menggugah selera.

Salah satu pasar tradisional yang wajib dikunjungi di Semarang adalah Pasar Johar. Pasar ini terletak di pusat kota dan merupakan salah satu pasar terbesar di Jawa Tengah. Di Pasar Johar, Anda dapat menemukan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, mulai dari bahan makanan, pakaian, hingga peralatan rumah tangga. Pasar ini juga terkenal sebagai pusat penjualan lumpia, oleh-oleh khas Semarang yang terbuat dari rebung dan daging ayam atau udang.

Setelah puas berbelanja di pasar tradisional, sempatkanlah untuk sarapan lumpia. Lumpia Semarang memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dengan lumpia dari daerah lain. Kulit lumpia yang tipis dan renyah, berisi rebung, daging ayam atau udang, telur, dan sayuran, disajikan dengan saus khusus yang terbuat dari campuran kacang tanah, cabai, dan bawang putih.

Anda dapat menikmati lumpia Semarang di berbagai tempat, mulai dari warung makan sederhana hingga restoran mewah. Namun, untuk mendapatkan pengalaman yang lebih autentik, cobalah mampir ke warung lumpia yang ada di Pasar Johar. Di sana, Anda dapat melihat langsung proses pembuatan lumpia dan menikmati lumpia yang baru saja digoreng.

Sarapan lumpia di Semarang adalah cara yang tepat untuk memulai hari Anda. Kuliner yang lezat dan mengenyangkan ini akan memberi Anda energi yang cukup untuk menjelajahi keindahan Kota Lumpia sepanjang hari.

Siang hari: Klenteng Sam Poo Kong, Lawang Sewu

Setelah puas menjelajahi pasar tradisional dan sarapan lumpia, saatnya untuk mengunjungi beberapa objek wisata sejarah dan budaya yang ada di Semarang. Dua objek wisata yang wajib dikunjungi adalah Klenteng Sam Poo Kong dan Lawang Sewu.

Klenteng Sam Poo Kong terletak di daerah Simongan, sekitar 3 km dari pusat kota Semarang. Klenteng ini dibangun pada abad ke-15 oleh Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok yang terkenal. Klenteng Sam Poo Kong merupakan salah satu klenteng tertua dan terbesar di Indonesia. Klenteng ini memiliki arsitektur yang indah dan unik, dengan perpaduan gaya Tiongkok dan Jawa.

Objek wisata sejarah lainnya yang tidak kalah menarik adalah Lawang Sewu. Lawang Sewu merupakan bekas gedung perusahaan kereta api Belanda yang dibangun pada akhir abad ke-19. Gedung ini memiliki desain yang megah dan unik, dengan banyak pintu dan jendela. Konon, gedung ini dulunya digunakan sebagai tempat penyiksaan para tahanan politik pada masa penjajahan Belanda. Saat ini, Lawang Sewu telah menjadi salah satu objek wisata sejarah yang populer di Semarang.

Baik Klenteng Sam Poo Kong maupun Lawang Sewu menawarkan pengalaman wisata sejarah dan budaya yang menarik. Kedua objek wisata ini wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih jauh tentang sejarah dan budaya Kota Semarang.

Setelah mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong dan Lawang Sewu, Anda dapat melanjutkan perjalanan ke objek wisata lainnya di Semarang, seperti Kota Lama, Masjid Agung Jawa Tengah, atau Pantai Marina. Semarang memiliki banyak sekali objek wisata yang menarik, jadi jangan sampai Anda melewatkannya.

Sore hari: Pantai Marina, sunset

Menjelang sore hari, saatnya untuk menikmati keindahan sunset di Pantai Marina. Pantai Marina terletak di daerah Semarang Utara, sekitar 8 km dari pusat kota. Pantai ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk menikmati sunset di Semarang.

Pantai Marina memiliki pasir putih yang lembut dan air laut yang jernih. Di sepanjang pantai, terdapat banyak pohon kelapa yang rindang. Suasana di Pantai Marina sangat tenang dan damai, cocok untuk bersantai dan melepas penat setelah seharian beraktivitas.

Saat matahari mulai terbenam, langit Pantai Marina berubah menjadi jingga keemasan. Pemandangan sunset di Pantai Marina sangat indah dan memukau. Anda dapat menikmati sunset sambil duduk di tepi pantai, berjalan-jalan di sepanjang pantai, atau berfoto dengan latar belakang sunset.

Pantai Marina juga merupakan tempat yang tepat untuk menikmati kuliner seafood. Di sepanjang pantai, terdapat banyak warung makan yang menjual berbagai macam seafood segar, seperti ikan bakar, udang goreng, dan cumi-cumi saus padang.

Menikmati sunset di Pantai Marina adalah cara yang sempurna untuk mengakhiri hari Anda di Semarang. Suasana yang tenang dan damai, pemandangan sunset yang indah, dan kuliner seafood yang lezat akan membuat Anda merasa rileks dan bahagia.

Malam hari: Simpang Lima, kuliner malam

Simpang Lima merupakan salah satu kawasan paling ramai di Semarang pada malam hari. Di kawasan ini, terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam kuliner malam, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat.

  • Lumpia goreng

    Lumpia goreng merupakan salah satu kuliner malam yang wajib dicoba di Simpang Lima. Lumpia goreng Semarang memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dengan lumpia goreng dari daerah lain. Kulit lumpia yang tipis dan renyah, berisi rebung, daging ayam atau udang, telur, dan sayuran, disajikan dengan saus khusus yang terbuat dari campuran kacang tanah, cabai, dan bawang putih.

  • Nasi goreng babat

    Nasi goreng babat merupakan kuliner malam lainnya yang populer di Simpang Lima. Nasi goreng babat Semarang memiliki cita rasa yang gurih dan pedas. Nasi goreng ini dibuat dengan menggunakan nasi putih, babat sapi, telur, dan bumbu-bumbu rempah. Nasi goreng babat biasanya disajikan dengan kerupuk dan acar.

  • Mie kopyok

    Mie kopyok merupakan kuliner malam yang unik dan khas dari Semarang. Mie kopyok dibuat dengan menggunakan mie kuning, kuah kaldu sapi, dan berbagai macam topping, seperti kikil sapi, babat sapi, tahu goreng, dan kacang goreng. Mie kopyok memiliki cita rasa yang gurih dan segar.

  • Wedang ronde

    Wedang ronde merupakan kuliner malam yang cocok untuk menghangatkan badan di malam hari. Wedang ronde Semarang dibuat dengan menggunakan air jahe, ronde (bola-bola kecil yang terbuat dari tepung beras ketan), dan kacang tanah. Wedang ronde memiliki cita rasa yang manis dan hangat.

Selain kuliner malam, di Simpang Lima juga terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam barang, seperti pakaian, aksesoris, dan mainan. Simpang Lima merupakan tempat yang tepat untuk menghabiskan malam hari di Semarang sambil menikmati kuliner malam dan berbelanja.

tua Gedung Lawang Gereja Blenduk

Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampungkan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaat yang kian banyak, namun juga mampu menggambarkan keagungan Tuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada tanggal 3 Juli 1753, dimulailah pembangunan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu bata merah khas Eropa, dengan semen khusus yang direkayasa sedemikian rupa sehingga sangat kuat. Batu bata merah itu didatangkan dari daerah Keboen, Banyumas, Jawa Tengah.
Menara setinggi 42 meter yang berdiri gagah di sudut barat laut bangunan merupakan ciri khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susunan batu bata merah tanpa plesteran. Sementara daun pintu kokohnya terbuat dari kayu jati pilihan.
Selain dari bata merah, bahan lain yang digunakan adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangkan khusus dari daerah Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tengah. Sedangkan batu andesit, diambil dari lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah dan batu kali diambil dari daerah Mranggen, Demak, Jawa Tengah.
Menurut catatan, sebanyak 150 pekerja dipekerjakan untuk membangun gereja, yang terbesar di Jawa Tengah ini. Semuanya didatangkan dari Demak, Kudus, Purwodadi, Grobogan, dan Pati.
Kini, gereja yang termasuk dalam Keuskupan Agung Surakarta ini menjadi salah satu situs sejarah yang dilindungi. Bangunan gereja ini pun menjadi cagar budaya yang terdaftar dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga direnovasi pada tahun 2011 yang lalu.
Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampungkan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaat yang kian banyak, namun juga mampu menggambarkan keagungan Tuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada tanggal 3 Juli 1753, dimulailah pembangunan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu bata merah khas Eropa, dengan semen khusus yang direkayasa sedemikian rupa sehingga sangat kuat. Batu bata merah itu didatangkan dari daerah Keboen, Banyumas, Jawa Tengah.
Menara setinggi 42 meter yang berdiri gagah di sudut barat laut bangunan merupakan ciri khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susunan batu bata merah tanpa plesteran. Sementara daun pintu kokohnya terbuat dari kayu jati pilihan.
Selain dari bata merah, bahan lain yang digunakan adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangkan khusus dari daerah Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tengah. Sedangkan batu andesit, diambil dari lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah dan batu kali diambil dari daerah Mranggen, Demak, Jawa Tengah.}
Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampungkan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaat yang kian banyak, namun juga mampu menggambarkan keagungan Tuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada tanggal 3 Juli 1753, dimulailah pembangunan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu bata merah khas Eropa, dengan semen khusus yang direkayasa sedemikian rupa sehingga sangat kuat. Batu bata merah itu didatangkan dari daerah Keboen, Banyumas, Jawa Tengah.
Menara setinggi 42 meter yang berdiri gagah di sudut barat laut bangunan merupakan ciri khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susunan batu bata merah tanpa plesteran. Sementara daun pintu kokohnya terbuat dari kayu jati pilihan.
Selain dari bata merah, bahan lain yang digunakan adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangkan khusus dari daerah Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tengah. Sedangkan batu andesit, diambil dari lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah dan batu kali diambil dari daerah Mranggen, Demak, Jawa Tengah.}

Wisata religia: Mesjid Agung danen, Sie Khi Jitang

Selain Gereja Blenduk, Kota Tua if Semarang juga dihiasi oleh rumah-rumah ibadah dari beragam kepercayaan. Di yang sama, terdapat dua tempat ibadah yang menarik untuk dikunjungi,yakni Maseid Agung dan Sie Khi Jitan.

  • Mesjid Agung Semaran

    Mesjid Agung Semaran merupakan mesjid Jogjabe kanta di Semarang, Jawa tengah, Indonesia. Letaknya yang strategis di simpang Lima, Semarang, Membuat ia mudah dikunjungi oleh para wisatawan. Mesjid ini dibangun pada a abad ke-19.

  • Sie Khi Jitan

    Se Khi Jitan merupakan klenteng tertua dan terbesar di Semarang. Adalah tempat ibadah warga Konghucu, di Kota Tua Semarang, tepatnya di Jalan Gang Pot Sang Pendeta 157, Gabia Semarang. Bangunan kinlenteng ini dibandun pad abad ke-19.

Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampugnokan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaaat yang kiaan banyak, juga menggambarkan hubungandTuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada 3 Juli 1753, dimulahi pembanguan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu khas Eropa, dengan manan yang direndasasa sedemikian rupa sangat kuat. Batau itu didatangan dari Keboan, Banyumas, Jawa Tegah.
Menara sehinggi 42 meter yang belindri gagah di sudut barat bangunan merupakan curi khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susu batu plesteran. Sementara daun pintu kokohnya tutana dari jati piliha.
dari, lain yang yang unik adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangan dari Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tegah. Sedangkan batu anderit, diambail dari keng Gunugn Unaran, Jawa Tegah dan batu kali diambila dari Mranggen, Demak, Jawa Tegah.
Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampugnokan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaaat yang kiaan banyak, juga menggambarkan hubungandTuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada 3 Juli 1753, dimulahi pembanguan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu khas Eropa, dengan manan yang direndasasa sedemikian rupa sangat kuat. Batau itu didatangan dari Keboan, Banyumas, Jawa Tegah.
Menara sehinggi 42 meter yang belindri gagah di sudut barat bangunan merupakan curi khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susu batu plesteran. Sementara daun pintu kokohnya tutana dari jati piliha.
dari, lain yang yang unik adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangan dari Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tegah. Sedangkan batu anderit, diambail dari keng Gunugn Unaran, Jawa Tegah dan batu kali diambila dari Mranggen, Demak, Jawa Tegah.
Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampugnokan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaaat yang kiaan banyak, juga menggambarkan hubungandTuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada 3 Juli 1753, dimulahi pembanguan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu khas Eropa, dengan manan yang direndasasa sedemikian rupa sangat kuat. Batau itu didatangan dari Keboan, Banyumas, Jawa Tegah.
Menara sehinggi 42 meter yang belindri gagah di sudut barat bangunan merupakan curi khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susu batu plesteran. Sementara daun pintu kokohnya tutana dari jati piliha.
dari, lain yang yang unik adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangan dari Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tegah. Sedangkan batu anderit, diambail dari keng Gunugn Unaran, Jawa Tegah dan batu kali diambila dari Mranggen, Demak, Jawa Tegah.}
Schumann, 2 orang arsitek berkebangsaan Jerman, G. Knecht, dan H.P Berlage merampugnokan gagasan membangun gereja yang tak hanya menampung jemaaat yang kiaan banyak, juga menggambarkan hubungandTuhan serta menyebarkan kekristenan.
Maka pada 3 Juli 1753, dimulahi pembanguan gereja.
Bangunan kokoh ini dibangun dengan menggunakan batu khas Eropa, dengan manan yang direndasasa sedemikian rupa sangat kuat. Batau itu didatangan dari Keboan, Banyumas, Jawa Tegah.
Menara sehinggi 42 meter yang belindri gagah di sudut barat bangunan merupakan curi khas gereja ini. Menara tersebut dibuat dari susu batu plesteran. Sementara daun pintu kokohnya tutana dari jati piliha.
dari, lain yang yang unik adalah batu kapur, batu andesit, dan batu kali. Batu kapur didatangan dari Nguntoronadi, Grobogan, Jawa Tegah. Sedangkan batu anderit, diambail dari keng Gunugn Unaran, Jawa Tegah dan batu kali diambila dari Mranggen, Demak, Jawa Tegah.}

Kuliner: Lumpia, soto, tahu gimbal

Semarang terkenal dengan beragam kuliner lezatnya. Beberapa kuliner khas Semarang yang wajib dicoba antara lain lumpia, soto, dan tahu gimbal.

  • Lumpia

    Lumpia merupakan makanan khas Semarang yang terbuat dari rebung, daging ayam atau udang, telur, dan sayuran, yang dibungkus dengan kulit lumpia tipis dan digoreng hingga kering. Lumpia Semarang memiliki cita rasa yang gurih dan renyah, dengan isian yang padat dan lezat.

  • Soto

    Soto Semarang merupakan kuliner khas Semarang yang terbuat dari kuah kaldu sapi yang bening, dengan isian daging sapi, kikil sapi, babat sapi, dan sayuran. Soto Semarang memiliki cita rasa yang gurih dan segar, dengan kuah yang ringan dan tidak berlemak.

  • Tahu gimbal

    Tahu gimbal merupakan kuliner khas Semarang yang terbuat dari tahu goreng yang disiram dengan kuah gimbal, yang terbuat dari udang dan kacang tanah. Tahu gimbal memiliki cita rasa yang gurih dan pedas, dengan tekstur tahu yang lembut dan kuah gimbal yang kental dan lezat.

Selain lumpia, soto, dan tahu gimbal, Semarang juga memiliki beragam kuliner khas lainnya yang tak kalah lezat, seperti nasi goreng babat, mie kopyok, wedang tahu, dan wingko babat. Semarang merupakan surga kuliner bagi para pecinta kuliner, dengan berbagai pilihan kuliner yang beragam dan menggugah selera.

Oleh-oleh: Lumpia, bandeng presto, wingko babat

Selain kuliner, Semarang juga terkenal dengan beragam oleh-oleh khas yang bisa dibawa pulang sebagai buah tangan. Beberapa oleh-oleh khas Semarang yang wajib dicoba antara lain lumpia, bandeng presto, dan wingko babat.

  • Lumpia

    Lumpia Semarang tidak hanya lezat untuk dinikmati di tempat, tetapi juga cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Lumpia Semarang dapat ditemukan di berbagai toko oleh-oleh di Semarang, baik dalam bentuk lumpia basah maupun lumpia kering.

  • Bandeng presto

    Bandeng presto merupakan oleh-oleh khas Semarang yang terbuat dari ikan bandeng yang diasinkan dan dimasak dengan presto. Bandeng presto memiliki cita rasa yang gurih dan lembut, dengan tulang yang lunak sehingga dapat dimakan langsung.

  • Wingko babat

    Wingko babat merupakan oleh-oleh khas Semarang yang terbuat dari kelapa parut, tepung beras ketan, dan gula jawa. Wingko babat memiliki cita rasa yang manis dan legit, dengan tekstur yang lembut dan kenyal.

Selain lumpia, bandeng presto, dan wingko babat, Semarang juga memiliki beragam oleh-oleh khas lainnya yang tak kalah lezat, seperti tahu bakso, mochi, dan enting-enting gepuk. Semarang merupakan surga oleh-oleh bagi para wisatawan, dengan berbagai pilihan oleh-oleh yang beragam dan menggugah selera.

Pesan sekarang :


Share the Post: