

Ritual adat Dayak yang dikenal dengan nama Urut 24 Jam Sampit merupakan salah satu tradisi yang sangat sakral dan penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Ritual ini biasanya dilaksanakan setiap tahun pada bulan September atau Oktober, bertepatan dengan musim panen padi. Tujuan utama dari ritual ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah, serta memohon perlindungan dan keselamatan bagi seluruh masyarakat Dayak.
Dalam ritual Urut 24 Jam Sampit, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui. Pertama, para pemangku adat akan melakukan upacara adat untuk meminta izin kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur agar ritual dapat berjalan dengan lancar. Setelah itu, para peserta ritual akan berkumpul di sebuah lapangan terbuka dan membentuk lingkaran besar. Mereka kemudian akan saling berpegangan tangan dan mulai bernyanyi dan menari sambil mengikuti irama musik tradisional Dayak.
Ritual Urut 24 Jam Sampit merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur dan permohonan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama masyarakat Dayak. Oleh karena itu, ritual ini selalu dilaksanakan dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan.
urut 24 jam Sampit
Ritual adat Dayak, ungkapan syukur, permohonan perlindungan.
- Dilaksanakan setiap September atau Oktober.
- Bertepatan dengan musim panen padi.
- Tujuan: syukur hasil panen,mohon perlindungan.
- Tahapan: upacara adat, berkumpul, bernyanyi, menari.
- Simbol rasa syukur, permohonan perlindungan.
- Ajang pererat tali persaudaraan.
- Dilaksanakan dengan khidmat, semangat kebersamaan.
- Warisan budaya Dayak yang sakral.
- Menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur.
- Dapat menarik wisatawan.
- Mempromosikan budaya Dayak.
- Menumbuhkan rasa cinta budaya daerah.
- Meningkatkan kesadaran pelestarian budaya.
- Dapat menjadi objek penelitian.
- Menambah khasanah budaya nasional.
- Memperkaya khazanah budaya dunia.
Urut 24 Jam Sampit merupakan salah satu tradisi budaya Dayak yang sangat penting dan sakral. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur dan permohonan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama masyarakat Dayak. Oleh karena itu, ritual ini selalu dilaksanakan dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan.
Dilaksanakan setiap September atau Oktober.
Pelaksanaan ritual Urut 24 Jam Sampit setiap bulan September atau Oktober memiliki alasan tersendiri. Kedua bulan tersebut bertepatan dengan musim panen padi di Kalimantan Tengah. Masyarakat Dayak percaya bahwa hasil panen padi merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka perlu mengungkapkan rasa syukur atas limpahan rezeki tersebut.
- Menandai musim panen padi.
Bulan September dan Oktober merupakan puncak musim panen padi di Kalimantan Tengah. Masyarakat Dayak sangat bergantung pada hasil pertanian padi sebagai sumber makanan pokok mereka. Oleh karena itu, mereka menganggap musim panen padi sebagai momen yang sangat penting dan harus disyukuri.
- Memohon perlindungan hasil panen.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, ritual Urut 24 Jam Sampit juga bertujuan untuk memohon perlindungan hasil panen dari hama, penyakit, dan bencana alam. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, hasil panen mereka akan terhindar dari segala macam gangguan dan marabahaya.
- Menjaga kesuburan tanah.
Ritual Urut 24 Jam Sampit juga diyakini dapat menjaga kesuburan tanah pertanian. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, tanah pertanian mereka akan tetap subur dan produktif, sehingga mereka dapat terus memperoleh hasil panen yang melimpah.
- Menjaga keseimbangan alam.
Ritual Urut 24 Jam Sampit juga memiliki makna ekologis. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, mereka dapat menjaga keseimbangan alam dan lingkungan sekitar. Mereka menyadari bahwa alam merupakan sumber kehidupan mereka, sehingga mereka harus menjaga dan merawatnya dengan baik.
Dengan demikian, pelaksanaan ritual Urut 24 Jam Sampit setiap bulan September atau Oktober memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Ritual ini merupakan wujud rasa syukur, permohonan perlindungan, menjaga kesuburan tanah, dan menjaga keseimbangan alam.
Bertepatan dengan musim panen padi.
Bertepatannya ritual Urut 24 Jam Sampit dengan musim panen padi memiliki beberapa alasan yang mendasar. Pertama, masyarakat Dayak sangat bergantung pada hasil pertanian padi sebagai sumber makanan pokok mereka. Oleh karena itu, musim panen padi merupakan momen yang sangat penting dan harus disyukuri.
- Sebagai bentuk rasa syukur.
Masyarakat Dayak percaya bahwa hasil panen padi merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, mereka perlu mengungkapkan rasa syukur atas limpahan rezeki tersebut. Ritual Urut 24 Jam Sampit menjadi salah satu bentuk rasa syukur masyarakat Dayak atas hasil panen padi yang melimpah.
- Memohon perlindungan hasil panen.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, ritual Urut 24 Jam Sampit juga bertujuan untuk memohon perlindungan hasil panen dari hama, penyakit, dan bencana alam. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, hasil panen mereka akan terhindar dari segala macam gangguan dan marabahaya.
- Menjaga kesuburan tanah.
Ritual Urut 24 Jam Sampit juga diyakini dapat menjaga kesuburan tanah pertanian. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, tanah pertanian mereka akan tetap subur dan produktif, sehingga mereka dapat terus memperoleh hasil panen yang melimpah.
- Menjaga keseimbangan alam.
Ritual Urut 24 Jam Sampit juga memiliki makna ekologis. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, mereka dapat menjaga keseimbangan alam dan lingkungan sekitar. Mereka menyadari bahwa alam merupakan sumber kehidupan mereka, sehingga mereka harus menjaga dan merawatnya dengan baik.
Dengan demikian, bertepatannya ritual Urut 24 Jam Sampit dengan musim panen padi memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Ritual ini merupakan wujud rasa syukur, permohonan perlindungan, menjaga kesuburan tanah, dan menjaga keseimbangan alam.
Tujuan: syukur hasil panen,mohon perlindungan.
Ritual Urut 24 Jam Sampit memiliki dua tujuan utama, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen padi yang melimpah dan sebagai permohonan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai bentuk rasa syukur.
Masyarakat Dayak percaya bahwa hasil panen padi merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, mereka perlu mengungkapkan rasa syukur atas limpahan rezeki tersebut. Ritual Urut 24 Jam Sampit menjadi salah satu bentuk rasa syukur masyarakat Dayak atas hasil panen padi yang melimpah. Dalam ritual ini, masyarakat Dayak akan berkumpul dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mempersembahkan hasil panen terbaik mereka sebagai bentuk syukur.
Sebagai permohonan perlindungan.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, ritual Urut 24 Jam Sampit juga bertujuan untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, hasil panen mereka akan terhindar dari hama, penyakit, dan bencana alam. Mereka juga percaya bahwa ritual ini akan melindungi mereka dari segala macam gangguan dan marabahaya. Dalam ritual ini, masyarakat Dayak akan memanjatkan doa-doa permohonan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta melakukan berbagai ritual untuk menolak bala.
Kedua tujuan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ritual Urut 24 Jam Sampit. Masyarakat Dayak percaya bahwa dengan melaksanakan ritual ini, mereka akan mendapatkan berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta hasil panen mereka akan melimpah dan terhindar dari segala macam gangguan dan marabahaya.
Ritual Urut 24 Jam Sampit merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur dan permohonan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama masyarakat Dayak. Oleh karena itu, ritual ini selalu dilaksanakan dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan.
Tahapan: upacara adat, berkumpul, bernyanyi, menari.
Ritual Urut 24 Jam Sampit memiliki beberapa tahapan utama, yaitu:
1. Upacara adat.
Sebelum ritual dimulai, para pemangku adat akan melakukan upacara adat untuk meminta izin kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur agar ritual dapat berjalan dengan lancar. Upacara adat ini biasanya dipimpin oleh seorang tetua adat yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang adat istiadat Dayak. Dalam upacara adat ini, para pemangku adat akan mempersembahkan sesaji dan memanjatkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur.
2. Berkumpul.
Setelah upacara adat selesai, para peserta ritual akan berkumpul di sebuah lapangan terbuka atau di halaman rumah adat. Mereka akan duduk melingkar dan saling berpegangan tangan. Biasanya, para peserta ritual akan mengenakan pakaian adat Dayak yang berwarna-warni dan membawa serta berbagai peralatan musik tradisional Dayak, seperti gendang, gong, dan sape.
3. Bernyanyi dan menari.
Setelah semua peserta berkumpul, mereka akan mulai bernyanyi dan menari. Irama musik yang dimainkan oleh para pemusik akan mengiringi nyanyian dan tarian para peserta ritual. Nyanyian dan tarian yang dibawakan biasanya berisi tentang rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah, serta permohonan perlindungan dari segala macam gangguan dan marabahaya.
4. Puncak ritual.
Puncak ritual Urut 24 Jam Sampit biasanya terjadi pada tengah malam. Pada saat itu, para peserta ritual akan mencapai kondisi trance atau kesurupan. Dalam kondisi trance ini, mereka akan melakukan berbagai gerakan dan ucapan yang tidak biasa. Gerakan dan ucapan tersebut dipercaya sebagai manifestasi dari para leluhur yang sedang merasuki tubuh para peserta ritual. Kondisi trance ini biasanya akan berlangsung selama beberapa jam, hingga akhirnya para peserta ritual kembali sadar.
Setelah puncak ritual selesai, para peserta ritual akan melanjutkan bernyanyi dan menari hingga matahari terbit. Setelah matahari terbit, ritual Urut 24 Jam Sampit akan berakhir. Para peserta ritual akan membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing.
Simbol rasa syukur, per Combienmohoan perlindungan.
Ritual Urut 24 Jam Smpit tidak hanya sekedar ritual adat, namun juga merupakan simbol rasa syukur dan per̴mohon perlindungan. Terdapat beberapa poin penting yang menunjukan bahwa ritual ini memiliki makna simbolis yang kuat.
- Waktu pelaksanaan.
Pelaksanaan ritual Urut 24 Jam Smpit yang bertepatan dengan musim panen padi menunjuakan bahwa ritual ini merupakan simbol rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Masyarakat Dayak mempercayai bahwa hasil panen padi merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka perlu menyampaikan rasa syukur terhadap berkah tersebut.
- Prosesi ritual.
Prosesi ritual Urut 24 Jam Smpit yang diawali dengan upacara adat dan diakhiri dengan puncak ritual yang berupa kondisi trance atau kesurupan, menunjukan bahwa ritual ini merupakan per̴mohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Dayak mempercayai bahwa dengan menjalankan ritual ini, mereka akan mendapatkan perlindungan dari segala macam gangguan dan malapetaka.
- Atribut yang digunakan.
Atribut yang digunakan dalam ritual Urut 24 Jam Smpit, seperti pakaian adat, musik tradisional, dan sesaji, merupakan bagian dari simbolisme ritual ini. Pakaian adat yang dikenakan oleh para peserta ritual menunjukan rasa hormat dan keseriusan dalam menjalankan ritual. Musik tradisional yang dimainkan merupakan peng表現 dari rasa gembira dan syukur, sedangkan sesaji yang dipersembahkan merupakan ungkapan rasa terimakasih dan per̴mohon perlindungan.
- Makna di bagikan hasil panen.
Dalam ritual Urut 24 Jam Smpit, terdapat tradisi membagi hasil panen kepada masyarakat. Tradisi ini menunjukan bahwa ritual ini bukan hanya sekedar ritual adat, namun juga merupakan bentuk kepedulian dan rasa syukur masyarakat Dayak terhadap satu sama lain.
Dengan demikian, ritual Urut 24 Jam Smpit bukan hanya sekedar ritual adat, namun juga merupakan simbol rasa syukur dan per̴mohon perlindungan. Ritual ini menunjukan betapa masyarakat Dayak sangat menghormati dan memuliakan Tuhan Yang Maha Esa, serta betapa mereka menjaga keeratan hubungan sosial dalam masyarakat mereka.
Ajang pererat tali persaudaraan.
Ritual Urut 24 Jam Sampit tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama masyarakat Dayak.
Dalam ritual ini, seluruh masyarakat Dayak dari berbagai pelosok berkumpul bersama-sama. Mereka saling berinteraksi, bercengkrama, dan berbagi cerita. Hal ini tentu saja dapat mempererat hubungan silaturahmi dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara mereka.
Selain itu, ritual Urut 24 Jam Sampit juga menjadi ajang bagi masyarakat Dayak untuk menunjukkan identitas budaya mereka. Melalui ritual ini, mereka dapat mengekspresikan nilai-nilai budaya Dayak, seperti rasa hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa, rasa syukur atas hasil panen, dan rasa persaudaraan yang kuat.
Dengan demikian, ritual Urut 24 Jam Sampit tidak hanya memiliki makna spiritual dan religius, tetapi juga makna sosial dan budaya. Ritual ini menjadi ajang bagi masyarakat Dayak untuk mempererat tali persaudaraan, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, dan menunjukkan identitas budaya mereka.
Ritual Urut 24 Jam Sampit merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur dan permohonan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama masyarakat Dayak. Oleh karena itu, ritual ini selalu dilaksanakan dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan.
Dilaksanakan dengan khidmat, semangat kebersamaan.
Ritual Urut 24 Jam Sampit selalu dilaksanakan dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan. Hal ini terlihat dari beberapa hal berikut:
1. Persiapan yang matang.
Sebelum ritual dimulai, para pemangku adat dan seluruh masyarakat Dayak akan mempersiapkan diri dengan matang. Mereka akan membersihkan tempat pelaksanaan ritual, menyiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan, dan mempersiapkan diri secara spiritual.
2. Upacara adat yang sakral.
Upacara adat yang mengawali ritual Urut 24 Jam Sampit dilaksanakan dengan sangat sakral. Para pemangku adat akan memanjatkan doa-doa dan mempersembahkan sesaji kepada Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur. Upacara adat ini biasanya dipimpin oleh seorang tetua adat yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang adat istiadat Dayak.
3. Kekompakan dan kerja sama.
Selama ritual berlangsung, seluruh peserta ritual menunjukkan kekompakan dan kerja sama yang tinggi. Mereka saling membantu dan mendukung satu sama lain, sehingga ritual dapat berjalan dengan lancar. Semangat kebersamaan ini terlihat jelas dalam setiap tahap ritual, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan ritual.
4. Rasa hormat dan saling menghargai.
Dalam ritual Urut 24 Jam Sampit, seluruh peserta ritual menunjukkan rasa hormat dan saling menghargai. Mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain, baik berdasarkan status sosial, ekonomi, maupun agama. Rasa hormat dan saling menghargai ini menjadi salah satu kunci keberhasilan ritual Urut 24 Jam Sampit.
Dengan demikian, ritual Urut 24 Jam Sampit dilaksanakan dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat ritual ini tetap lestari hingga saat ini.
Pesan sekarang :
